Selamat Datang

Selamat datang di blog Pasar Domba Garut pusat investasi usaha peternakan domba Garut di Desa Sindangsari Kec. Sukasari Kab. Sumedang Jawa Barat, Contact Person: Agus Sukradita, phone: 085312882277

Menu

Minggu, 22 Juli 2012

Penyakit Radang Limpa (Antrax) – Pengendalian – dan Pencegahannya.


Domba (semua umur) termasuk hewan herbivora yang paling rentan terhadap infeksi penyakit akut Radang Limpa (Anthrax) yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis yang sangat sulit dimusnahkan karena bakteri ini mampu membentuk spora yang mampu bertahan hidup dalam tanah kering hingga 30 tahun lamanya bahkan lebih, tahan terhadap suhu panas yang ekstrim dan pengeringan, mampu bertahan hidup lama didalam genangan air, kebal desinfektan kimia dan tentu saja mudah serta cepat sekali penyebarannya.

Spora Anthrax tidak menular secara langsung dari hewan satu kehewan lain atau dari ternak kemanusia sebagai akibat dari terjadinya kontak. Penularan spora Anthrax umumnya melalui media lain seperti  rumput pakan, darah atau cairan yang keluar dari tubuh hewan yang terinfeksi, air minum, tepung tulang, minyak kue, makanan sisa burung bangkai atau hewan liar lainnya dan serangga.

Jelasnya infeksi Anthrax terhadap domba bisa terjadi dengan tiga cara:
  • Umumnya melalui mulut saat menelan pakan/minuman yang terkontaminasi spora Anthrax.
  •  Infeksi spora Anthrax juga masuk melalui luka atau goresan dikulit saat ternak sedang tiduran ditanah yang tercemar, terperosok kedalam genangan air yang tercemar, dan juga akibat gigitan serangga yang telah tercemar spora Anthrax.
  • Juga melalui pernapasan ketika ternak menghirup udara yang tercemar spora yang sedang diterbangkan angin atau saat domba sedang mengendus  endus tanah dan rerumputan yang terkontaminasi spora anthrax. 
Daerah yang patut diwaspadai sebagai sumber penyebaran penyakit radang limpa/anthrax mencakup daerah dataran rendah yang berawa rawa dan tanah yang berkapur. Hal ini bisa difahami mengingat banjir dimusim hujan sering terjadi didataran rendah sehingga spora anthrax yang ikut hanyut bersama banjir bermuara didaerah seperti ini. Sedangkan daerah dengan kondisi tanah yang berkapur berfungsi  sebagai daerah incubator “tempat tumbuh dan berkembangnya bakteri”. Walaupun demikian spora antrax bisa tersebar dimana mana.

Wabah anthrax sering terjadi pada saat menjelang pergantian musim, musim hujan dimana banjir sering terjadi dan musim kemarau panjang. Selebihnya anthrax bisa terjadi kapan saja.

GEJALA
Domba yang terinfeksi spora anthrax yang masuk melalui mulut dan hidung sering terjadi mencapai taraf per akut atau akut.
  • Per akut berupa kematian mendadak yang ditandai dengan pembengkakan pada limpa dengan ukuran 2 hingga 4 kali lebih besar dari ukuran normal. Beberapa saat menjelang kematiannya domba menampakan gejala sesak nafas, tubuh gemetaran kemudian ambruk.
  • Bentuk Akut ditandai demam tingkat tinggi dengan suhu badan mencapai taraf puncak 41º - 41,5º C, gerak gerik menampakan kegelisahan, kagetan  sampai tingkat depresi, disusul kemudian sesak nafas dengan detak jantung sangat cepat namun lemah, kejang kejang dan akhirnya mati mengenaskan yang disertai keluarnya cairan bercampur darah dari mulut dan lubang lubang lain ditubuh ternak. Cairan berdarah ini sarat akan organism anthrax. Resiko keguguran pada ternak bunting sangat tinggi sebelum menemui ajalnya.
  • Gejala kronik ditandai dengan pembengkakan diperut, dada, bahu dan leher. Pembengkakan yang timbul dileher dicurigai akibat infeksi anthrax karena organisme anthrax kadang suka melokalisasi dirinya ditenggorokan yang selain dileher pembengkakan juga terjadi dilidah yang disertai keluarnya darah berwarna kebiruan serta mulut berbusa. Tanda tanda ini merupakan ciri khas dari babi namun tidak mustahil terjadi juga pada domba.
Spora Anthrax yang masuk tubuh ternak melalui luka dikulit atau gigitan serangga sering ditandai dengan pembengkakan disekitar luka yang disertai cairan berwarna merah bening, kulit disekitar pembengkakan menjadi mati rasa.

ZOONOSIS ANTHRAX

Penularan spora anthrax kepada manusia umumnya terjadi diperternakan, pertanian, rumah potong hewan, pabrik pengolahan kulit dan pabrik wol.
  • Seorang peternak dan petani bisa terinfeksi anthrax saat sedang mengolah lahan pertanian yang tercemar spora antrax yang hidup didalam tanah dan terangkat kepermukaan oleh aktifitas pengolahan lahan. Juga pada saat menyabit rumput yang terkontaminasi spora anthrax, dan saat menangani bangkai ternak yang tercemar, serta pada saat mengurus perlengkapan yang pernah digunakan pada ternak yang mati, bahkan pada saat mengurus pengairan disungai yang tercemar.
  • Seorang jagal akan terinfeksi anthrax yang keluar bersama darah dan  cairan dari tubuh hewan potong yang terinfeksi pada saat sedang beraktifitas dipemotongan.
  • Begitu juga dengan seorang pekerja dipabrik pengolahan kulit dan wol yang dapat terinfeksi anthrax yang masih menempel dikulit dan bulu dari domba yang terinfeksi.

PENGENDALIAN.

Anthrax adalah wabah penyakit yang harus dilaporkan kebadan yang berwenang. Oleh karena itu dalam pengenadaliannya wajib melibatkan dinas peternakan atau dokter hewan setempat.

     1.   Penangan terhadap domba sakit.

Segera dijauhkan dari lingkungan domba sehat dan diobati. Pengobatan yang bisa dilakukan bisa dengan cara;

Pertama:  memberikan antibiotika: Pracain penncillin GChloramphenicol – Streptomycin – penicillium – Oxitetracyclin dengan dosis beserta aturan pakai sesuai dengan yang tercantum didalam kemasan. Apabila antibiotika yang diberikan maka vaksinasi harus ditangguhkan selama 1 – 2 minggu karena antibiotika akan menetralkan keampuhan vaksin.

Kedua: setelah pengobatan dengan antibiotika kemudian disusul vaksinasi. “Sterne 34F2” adalah Salah satu vaksin tak berkapsul yang dianggap efektif terhadap spora anthrax. Dosis beserta aturan pakai sesuai dengan yang tercantum didalam kemasan. Karena “Anthrax” adalah penyakit yang wajib dilaporkan maka segala aktivitas yang berhubungan dengan vaksinasi harus berdasarkan persetujuan dinas yang berwenang. Antibiotika tidak boleh diberikan selama satu minggu setelah vaksinasi.

      2.    Induk terinfeksi anthrax dan anak domba menyusui.

Penangan khusus harus dilakukan terhadap induk domba yang sedang dalam periode menyusui dan terinfeksi penyakit anthrax. Anak anak domba harus dipisahkan dari induknya ditempatkan ditempat khusus dan diberi susu pengganti dari susu pabrikan dan diperlakukan sama seperti domba sakit lainnya. Begitu juga halnya induk domba harus diberi tempat khusus jangan disatukan dengan domba sakit lainnya. Perhatian terhadap air susu harus dioptimalkan karena tidak mustahil sudah terkontaminasi spora anthrax supaya tidak mencemari lingkungan disekitarnya. Air susu yang akan dibuang harus dicampur dengan larutan formalin terlebih dahulu.

    3.    Domba yang menyatu dalam satu kandang atau satu lingkungan dengan domba mati karena anthrax.

Khendaknya ditempatkan ditempat yang terpisah dari domba sehat lainnya juga dari domba sakit dan diperlakukan sama seperti kepada domba sehat dalam hal pencegahan.
      4.    Imunisasi domba sehat.

Tindakan yang dilakukan bisa dengan salah satu dari pemberian suntikan serum atau antibiotika yang disusul dengan vaksinasi seminggu kemudian.

      5.    Masa Perlakuan Karantina.

Ternak domba harus dikarantina selama 30 hari lamanya terhitung sejak kematian domba yang terakhir atau sejak vaksinasi diberikan.
      6.    Areal Vaksinasi wabah anthrax.

Paling tidak antara 5 – 10 km dari pusat wabah semua ternak harus divaksinasi.

     7.   Penangan bangkai ternak pada kasus anthrax.

Sangat penting untuk selalu diingat bahwa tidak semua kasus kematian mendadak pada ternak merupakan akibat dari serangan anthrax, bisa jadi karena serangan penyakit lain. Namun apabila anthrax cenderung lebih dicurigai baik berdasarkan ciri ciri yang tampak pada tubuh ternak maupun demi kehati hatian, maka janganlah membedah atau memotong tubuh bangkai ternak dan jangan memindahkannya dari tempatnya sebelum semua perlengkapan penanganan benar benar telah siap.
a.   Perlengkapan teknik bedah aseptik.
Semua perlengkapan penanganan pada kasus anthrax digunakan untuk melindungi diri dari infeksi mikroorganisme pathogen. Oleh karena itu perlengkapan hanya digunakan sekali pakai yang nantinya akan ikut dimusnahkan. Perlengkapan tersebut meliputi;  pakaian kedap air, sarung tangan karet, apron (celemek) karet, masker kulit atau karet, sepatu bot karet tanpa bolong bolong, pembalut luka dikulit yang harus digunakan terlebih dahulu apabila terdapat luka dikulit.

b.   Perlengkapan yang digunakan kepada bangkai ternak meliputi;
Kapas dan larutan antiseptic yang digunakan untuk menutup luka luka ditubuh bangkai ternak, kantong pelastik atau polybag untuk memindahkan bangkai dan tanah beserta apa saja yang ada disekitar bangkai. Wadah anti bocor yang berisi es untuk menampung sampel darah untuk kepentingan diagnosa.

c.   Perlengkapan penguburan dan  pembakaran.
Perkakas penggali kubur, kayu bakar keras, jerami kering, bahan bakar minyak, penyulut api.

d.   Pengambilan sampel darah dan tanah .
Dengan menggunakan teknik bedah aseptik saat pengambilan sampel darah vena yang diambil dari pembuluh darah disekitar leher ternak. Sampel darah tersebut dituangkan kedalam wadah yang anti bocor dan disi dengan es lalu ditutup rapat rapat dan diberi label anthrax kemudian simpan ditempat aman untuk nantinya diberikan kepada dokter hewan atau dinas peternakan setempat. Melakukan diagnosa secepatnya sangatlah penting untuk mencegah terjadinya wabah anthrax yang lebih luas.

e.   Pemusnahan bangkai pada kasus anthrax.
Bangkai harus secepatnya dimusnahkan sebelum spora anthrax keluar dan menyebar kemana mana. Oleh karena itu pembagian tugas sejak awal awal diputuskan bahwa kematian domba karena antrax sangatlah penting terutama orang yang ditugaskan menggali kuburan dan pengadaan perlengkapan.

Sangat penting untuk diperhatikan bahwa pada saat memindahkan bangkai ternak ketempat penanganan atau kepembuangan terakhir jangan dilakukan dengan cara diseret dan bangkai harus dalam keadaan terbungkus rapat. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pencemaran diareal yang dilewati.

Dengan menggunakan teknik bedah aseptik selama penangan terhadap bangkai, kotoran serta perlengkapan lain yang tercemar bisa dilakukan dengan salah satu dari tiga cara berikut:
  • Perebusan sampai mendidih selama 30 menit kemudian bangkai beserta perlengkapan lain yang digunakan dikubur didalam lubang sedalam 3 meter. Untuk perlengkapan teknik bedah aseptic yang digunakan sebagai perlindungan diri, kantong pelastik/polybag semuanya dibakar didalam lubang dan dikubur bersama bangkai.
  • Pengeringan dengan uap panas kering 70º C selama 3 jam. Selanjutnya lakukan cara penguburan diatas. 
  • Pembakaran yang direkomendasikan dilakukan langsung dilubang sedalam kira kira 2 meter dengan panjang dan lebar melebihi ukuran bankai. Lubang dipenuhi jerami kering dengan tetap memperhatikan sirkulasi udara agar nyala api bisa lancar. Balokan kayu bakar disusun diatas jerami secara tumpang silang arah dengan kerapatan antar kayu bakar cukup untuk sirkulasi udara. Diupayakan agar antara susunan kayu bakar dengan jerami memiliki rongga agar jerami tidak menjadi padat akibat tertekan kayu bakar sehingga membuatnya sulit terbakar. Selanjutnya bangkai diletakan diatas tumpukan susunan kayu bakar, semua perlengkapan yang digunakan dalam penangan bangkai dan perlengkapan teknik bedah aseptik juga tanah atau alas tempat dimana ternak pertama kali ketahuan mati diletakan diatas bangkai. Untuk pengambilan tanah yang menjadi alas bangkai dilakukan dengan cara dikeruk hingga kedalaman mencapai 16 cm. selanjutnya tanah tersebut ditabur taburkan kepembakaran sampai menyatu dengan bangkai dan benda lain yang harus dibakar kemudian semuanya disiram dengan bahan bakar minyak tanah dan dibakar.
  • Setelah pembakaran selesai lubang ditutup dengan seng bergelombang yang diberi lubang ventilasi dengan tujuan agar bara arang tetap menyala dan panas dalam lubang bisa bertahan lebih lama. Langkah terakhir lakukan pengurugan lubang dengan tanah apabila dirasakan sudah waktunya.   

     8.   Desinfeksi kandang dan lingkungannya.

Kapur (kalsium oksida) yang pada mulanya direkomendasikan untuk desinfeksi anthrax (bacillus anthracis) ternyata justru terbukti malah dapat memfasilitasi pelestarian spora ini. Badan Inpeksi Makanan Kanada (CFIA) tidak lagi merekomendasikan penggunaan kapur sebagai desinfektan dipertanian dalam penanggulangan anthrax.


Kesulitan lain pada masalah desinfeksi anthrax bahwa desinfektan yang dalam uji coba dilaboratorium terbukti ampuh terhadap spora anthrax tetapi kurang efektif ketika digunakan dilapangan (peternakan dan pertanian).

Namun bagaimanapun juga upaya desinfeksi dipeternakan harus dilakukan lebih lebih pada saat wabah sedang terjadi. Untuk mensterilkan permukaan tanah dan kandang beserta perlengkapan lain bisa dengan menggunakan:
  • Campuran larutan formalin 10% - glutaraldehyde 2% - hydrogen peroxide 3% atau asam prasetat 0,3%. Penggunaan dengan cara disiramkan kepermukaan tanah untuk menjaga tanah yang terkontaminasi spora antrax agar tetap lembab minimal selama 12 jam.
  • Vikron yang digunakan dengan skala pengenceran 1:120. Ikuti aturan pakai dalam kemasan.
  • Gluteraldehyde 4 % (misalnya 200 mL microcode per 5 liter air). Ikuti aturan pakai dalam kemasan.
  • Semua disinfektan diatas tidak boleh digunakan utuk kulit.

PENCEGAHAN.

Kesadaran akan pentingnya mengikuti program pelatihan “menagemen peternakan” yang juga meliputi pengendalian wabah penyakit yang sering diadakan baik oleh dinas peternakan maupun para mahasiswa fakultas peternakan atau perusahan jasa pelatihan, mutlak harus dimiliki oleh setiap para peternak. Lebih lebih dalam kasus anthrax dimana dalam pengendaliannya memerlukan keterampilan utamanya dalam penggunaan peralatan. Para ahli telah sepakat bahwa resiko mengenai para pekerja yang tidak terlatih dalam menangani penyakit anthrax melebihi ancaman spora anthrax itu sendiri. Dengan sering mengikuti program pelatatihan peternakan secara otomatis seorang peternak telah memiliki sumber informasi yang sangat berguna.

      1.   Imunisasi:
Pencegahan pra wabah penyakit anthrax/radang limpa dapat dicapai dengan program vaksinasi secara berkala. Vaksinasi sebaiknya dilakukan 2 – 4 minggu sebelum musim dimana wabah anthrax dicurigai dapat terjadi seperti misalnya dimusim hujan, musim kemarau panjang dan diantara keduanya. Imunisasi dengan vaksin harus dibimbing langsung oleh staf dinas peternakan atau dokter hewan atau peternak senior. Program vaksinasi tunggal biasanya efektif untuk jangaka waktu 6  – 12 bulan asalkan hewan divaksi dengan dosis yang sesuai dan tidak sedang berada dalam perawatan terapi antibiotika dalam waktu 10 – 14 hari baik sebelum atau sesudah vaksinasi. Hewan yang divaksinasi 2 kali dalam setahun diharapkan memiliki kekebalan seumur hidup.

      2.    Sterilisasi Lahan Rumput Pakan Budidaya.
Terkait dengan kemampuan spora anthrax yang dapat hidup selama puluhan tahun didalam tanah tanpa terkecuali ditanah yang akan dijadikan lahan rumput pakan dan dapat terangkat kepermukaan oleh aktivitas pengolahan lahan maka pembakaran gulma atau juga ilalang diatas areal diharapkan mampu mencegah pencemaran. Apabila system pengairan menggunakan air dari sungai maka penelusuran sepanjang aliran sungai sebagai langkah investigasi terhadap bangkai hewan harus termasuk dalam program kegiatan dipeternakan terutama didaerah yang beresiko tinggi. Rumput pakan yang bergizi hanya diperoleh dari lahan dimana kesehatannya terjamin.

      3.    Program Sanitasi.
Wujud program kegiatan sanitasi secara keseluruhan “klik disini” yang terkait juga dengan pencegahan penyakit anthrax.

1 komentar:

  1. Terimakasih,info nya sangat membatu terutama saya yang masih pemula

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar anda.